Pembelajar di Maiyah. Suluk Kebudayaan Cinta. Kangen Desa. Bukan Orang Baik. Bajingan. Pensiunan Aktivis. Menulis Buku. Mendirikan SURAU.

Saatnya Orang Batak yang Jadi Presiden; Jika Putus Asa Mending Tumbuhkan Harapan

Senin, 2 Juni 2025 16:02 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Pemimpin
Iklan

Saya tidak bicara soal figur. Saya bicara soal semangat. Soal watak. Soal kerinduan akan pemimpin yang tidak bisa dibungkam oleh protokoler.

Kita sedang hidup di negeri yang sakit. Bukan demam ringan atau pilek biasa, tapi penyakit kronis yang menjalar sampai ke sumsum institusi, merusak saraf moral, dan mematikan sistem imun keadilan. Di negeri ini, kebenaran bukan ditimbang dengan logika atau hati nurani, tetapi dengan kuasa dan kedekatan. Sementara itu, rakyat disuguhi drama sabun yang tak pernah tamat, dan ditenangkan dengan konser, narasi harmoni, serta jargon stabilitas yang membius.

Namun, di tengah aroma pembusukan itu, kadang kita disodori secercah kejutan. Seseorang yang tak lazim, tampil tanpa basa-basi, bicara blak-blakan tanpa takut sanksi, dan berdiri sendiri meski di tengah badai tekanan. Kadang mereka muncul dari ruang sidang, dari layar medsos, dari mimbar-mimbar diskusi.

Baru-baru ini, dua nama yang tak asing di telinga publik—Kamaruddin Simanjuntak dan Dr. Rismon Hasiholan—tiba-tiba menjadi titik konsentrasi harapan. Bukan karena mereka sempurna, tapi karena mereka jujur, lantang, dan,  Batak.

Ya, Batak. Kata yang di banyak telinga membawa nuansa keras, vokal, dan—terkadang—kontroversial. Tapi mari kita lihat lebih dalam, lebih adil, dan lebih jujur: barangkali, justru itulah yang kita perlukan saat ini.

Sudah terlalu lama negeri ini dipimpin oleh orang-orang halus budi yang tak tegas, diplomatis yang tak bernyali, dan manajer-manajer pencitraan yang lebih sibuk mengurusi algoritma media sosial ketimbang urusan rakyat. Kita kehabisan pemimpin yang bisa membentak kejahatan. Kita kehilangan pemimpin yang tidak “menimbang” kebenaran, tapi menegakkannya. Kita haus akan pemimpin yang tidak terikat pada kompromi elite, tapi tunduk hanya pada hukum dan hati nurani.

Di tengah kekeringan itulah, keberanian orang Batak terasa seperti oase. Bukan keberanian kosong atau gertakan belaka, tetapi keberanian yang lahir dari kejujuran intelektual dan integritas karakter. Di medan sosial kita yang penuh kepalsuan dan basa-basi, orang Batak seperti oksimoron yang menampar kesadaran: bahwa tidak semua harus dibungkus sopan santun palsu, bahwa kebenaran bisa dan harus dibicarakan dengan lantang.

Kamaruddin Simanjuntak, misalnya, tidak dikenal sebagai diplomat yang penuh perhitungan. Ia bicara meledak-ledak, kadang nyaris sembrono. Tapi justru di situlah letak pesonanya—ia mewakili suara publik yang muak, lelah, dan tidak sabar. Ia tidak menyuapkan data dengan garpu perak, tapi melemparkannya di meja seperti pengacara jalanan yang tahu betul siapa yang ia hadapi. Suka atau tidak suka, keberaniannya adalah refleksi dari rasa frustrasi kolektif yang selama ini hanya menggumpal di kepala rakyat.

Begitu pula dengan Dr. Rismon Hasiholan, yang kini viral dengan pernyataan-pernyataan kritisnya terhadap keadaan negeri. Di tengah birokrasi yang makin steril dari suara jujur, kehadirannya seperti gangguan frekuensi yang disengaja—mengacaukan kenyamanan sistem yang terlalu menikmati ketenangan palsu.

Ia tampil dengan bahasa yang lugas, kritik yang menusuk, dan keyakinan yang tidak bisa dibeli. Barangkali kita tidak perlu sepakat sepenuhnya dengan mereka. Tapi kita tidak bisa menolak bahwa mereka sedang mengisi kekosongan suara yang selama ini diamputasi oleh ketakutan dan kemunafikan politik.

Maka, izinkan saya berkata hal yang mungkin terdengar “provokatif”: saya ingin melihat orang Batak memimpin negeri ini di 2029.

Bukan karena saya rasis. Bukan karena saya percaya bahwa satu suku lebih unggul dari yang lain. Tapi karena saya percaya negeri ini sedang membutuhkan keberanian yang tanpa tedeng aling-aling. Kita membutuhkan pemimpin yang tidak takut dibenci elite, yang tidak mengukur kata demi suara pemilu, dan yang tidak memelihara kebohongan hanya karena ingin tampak stabil.

Karakter khas Batak—keras, jujur, berani melawan arus, dan anti-kompromi terhadap ketidakadilan—bukan sekadar stereotip etnik. Itu adalah watak pendobrak. Dan hari ini, pendobrak adalah kebutuhan, bukan gangguan.

Sudah cukup kita dipimpin oleh mereka yang pintar berdamai, tapi tidak mampu menegakkan. Sudah cukup pemimpin yang sibuk bersalaman, tapi takut memutus lingkar korupsi. Sudah cukup narasi "tenang" dan "kondusif" yang sebenarnya hanya menyembunyikan borok yang kian membusuk.

Apakah orang Batak adalah satu-satunya harapan? Tentu tidak. Tapi mari jujur: mereka punya karakter yang langka di panggung kekuasaan kita hari ini. Karakter yang tidak tunduk pada rasa tidak enakan. Karakter yang tidak akan menunggu izin sebelum bertindak membongkar kebusukan. Karakter yang, jika disandingkan dengan integritas, bisa menjadi palu petir Zeus yang membelah langit kebusukan sistemik.

Saya tidak bicara soal figur tertentu. Saya bicara soal semangat. Soal watak. Soal kerinduan akan pemimpin yang tidak bisa dibungkam oleh protokol, tidak bisa dibeli oleh posisi, dan tidak bisa dikendalikan oleh polling.

Jika 2029 kelak, ada orang Batak yang mencalonkan diri, saya ingin masyarakat menilai bukan dari suku, tapi dari keberanian dan kejujurannya. Tapi jika memang ia Batak, dan memang berani serta jujur, maka barangkali itulah yang paling dibutuhkan negeri ini.

Karena negeri yang sakit tidak bisa disembuhkan oleh pemimpin yang takut. Negeri yang busuk tidak bisa diselamatkan oleh pemimpin yang ragu. Dan negeri yang tenggelam hanya bisa diangkat oleh mereka yang tahu cara membentak gelombang.

Kita pernah punya pemimpin yang puitis, yang wibawa, yang teknokratis. Sekarang, mari beri kesempatan bagi pemimpin yang pendobrak. Dan jika ia Batak, maka biarkan sejarah mencatat bahwa keberanian bisa datang dari Danau Toba, bukan dari ruang istana.

Surabaya, 29 Mei 2025 02.32

Bagikan Artikel Ini
img-content
Myudhaif

Media daring: surauindonesia.wordpress.com

2 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pilihan Editor

Lihat semua